Polda Jawa Barat Terus Memantau Kasus Kematian Siswa SD Kelas 2

  


Pada Rabu (24/5/2023), Polda Jawa Barat turun tangan untuk memantau langsung proses penyelidikan kasus kematian seorang siswa kelas 2 SD di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Acara gelar perkara dilaksanakan di Mapolda Jabar untuk menyelesaikan kasus yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut. Kombes Ibrahim Tompo, Kabid Humas Polda Jabar, menyampaikan, "Hasil belum didapatkan dan ini juga menjadi kewenangan Polres Sukabumi. Seluruh analisis dari Kapolres akan menyesuaikan situasi di sana dan rencananya akan didalami kembali." Ungkapannya tersebut saat dihubungi oleh wartawan. Dalam penyelidikan ini, penyidik perlu mendalami pengakuan saksi terkait adanya dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh teman sekelas dan juga kakak kelas korban. "Keluarga korban perlu menyampaikan keterangan secara faktual untuk memastikan apakah benar penyebabnya terkait hal tersebut atau tidak," tambahnya.

Baca Juga: Ibu Muda Satu Anak Diperkosa Oleh Saudara Angkat Suaminya di Jakarta Utara 

Hingga saat ini, Polres Sukabumi dan Polsek Sukaraja telah memeriksa 15 saksi terkait kematian MHD (9) yang diduga dianiaya dalam dua hari berturut-turut. "Polisi telah bekerja secara ekstra, kami sudah memeriksa kurang lebih 15 saksi, termasuk keluarga, pihak sekolah, teman-teman korban, dan juga perwakilan dari Rumah Sakit Hermina Sukaraja dan RS Primaya," kata Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Ari Setyawan Wibowo. Diantara saksi-saksi tersebut, enam di antaranya adalah teman korban, sementara empat lainnya adalah anggota keluarga M, tiga orang guru, dan dua orang masing-masing dari Rumah Sakit Hermina Sukaraja dan RS Primaya. Polisi juga telah memperoleh hasil visum korban dan saat ini sedang dalam tahap pendalaman oleh penyelidik. Berdasarkan keterangan kakek korban, awalnya MHD tidak mengaku bahwa dia dikeroyok oleh teman dan kakak kelasnya. Ketika pulang ke rumah pada Senin (15/5/2023), korban hanya mengeluh sakit kepada orang tuanya. Meskipun diminta untuk tidak pergi ke sekolah jika masih sakit, korban tetap bersikeras untuk pergi. Di sekolah, korban kembali menjadi korban pengeroyokan oleh kakak kelasnya. Setelah kembali ke rumah dalam keadaan lemah dan mengalami kejang-kejang, MHD dilarikan oleh kakeknya ke RS Primaya pada Rabu (17/5/2023). Dokter yang curiga dengan kondisi fisik korban mencoba mencari tahu penyebab sakitnya, namun MHD tetap tidak mengakui bahwa ia menjadi korban pengeroyokan di sekolahnya. Kakek korban, yang dikenal dengan inisial MY, menceritakan bahwa akhirnya dokter meminta keluarga untuk meninggalkan ruangan, dan mereka bersembunyi di balik tirai di ruangan periksa. Saat itulah, korban akhirnya mengakui bahwa ia telah dikeroyok oleh kakak kelasnya.

Baca Juga: ICL Pelaku Penggelapan Uang Study Tour SMAN 21 Bandung, Ditangkap aparat kepolisian Polrestabes Bandung

Selanjutnya, korban diterbangkan ke RS Hermina dan menjalani perawatan intensif selama tiga hari karena kondisinya yang memburuk. Namun, pada Sabtu (20/5/2023) pukul 08.00 WIB, korban tragisnya menghembuskan napas terakhir. Kakek korban, MY, mengungkapkan bahwa hasil visum menunjukkan bahwa korban mengalami luka pecah pembuluh darah, retakan pada dada, dan tulang punggung yang retak. Kematian tragis ini telah menarik perhatian Polda Jawa Barat, dan mereka secara aktif terlibat dalam menyelidiki kasus ini. Polres Sukabumi dan Polsek Sukaraja telah melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap saksi-saksi terkait, termasuk anggota keluarga, pihak sekolah, teman-teman korban, dan staf medis di rumah sakit terkait. Seluruh informasi yang diperoleh dalam proses penyelidikan akan menjadi dasar bagi penyidik untuk mengungkap kebenaran mengenai dugaan penganiayaan yang menyebabkan kematian tragis siswa kelas 2 SD tersebut. Polda Jawa Barat dan Polres Sukabumi berkomitmen untuk memastikan bahwa pelaku yang bertanggung jawab atas tindakan kekerasan ini dihadapkan pada hukum yang berlaku. Kasus ini juga menimbulkan keprihatinan masyarakat terhadap keamanan dan kekerasan di lingkungan sekolah. Diharapkan bahwa kasus ini akan menjadi momentum bagi pihak berwenang untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan dan penegakan disiplin di sekolah-sekolah, serta mendorong implementasi program anti-kekerasan yang efektif. Kematian tragis siswa kelas 2 SD ini mengingatkan kita akan urgensi untuk melindungi anak-anak dan menciptakan lingkungan yang aman bagi mereka. Semua pihak harus bekerja sama dalam mengatasi masalah kekerasan di sekolah dan memastikan bahwa setiap anak dapat belajar dengan aman dan tanpa takut menjadi korban kekerasan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama